Sistem Pernapasan Pada Hewan
Posted by : Unknown Thursday, 18 February 2016


Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida yang terjadi dalam setiap tubuh hewan kemungkinan dapat berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena ada nya perbedaan organ yang digunakan dalam proses bernapas. Selain itu, habitat hewan tersebut juga turut membedakan mekanisme pernapasannya. Sebagai contoh, hewan yang hidup di per- airan memiliki mekanisme pernapasan yang berbeda dengan hewan yang hidup di daratan. Berikut ini akan di bahas beberapa sistem pernapasan hewan, baik invertebrata maupun vertebrata. Simak uraian berikut.


a.    Sistem Pernapasan pada Protozoa
            Hewan protozoa seperti Amoeba atau Paramaecium bernapas menggunakan permukaan tubuhnya. Oksigen dan karbondioksida  saling berdifusi melalui membran sel. Saat Amoeba bernapas, konsentrasi oksigen dalam sel semakin berkurang (rendah), sedangkan sisa metabolisme yang berupa karbon- dioksida di dalam sel semakin tinggi konsentrasinya. Di sisi lain, kon- sentrasi oksigen dalam air lebih tinggi daripada di dalam sel, sementara konsentrasi oksigennya lebih rendah. Akibatnya, oksigen dari luar akan berdifusi ke dalam sel, sementara karbondioksida berdifusi keluar sel menuju air. Perhatikan Gambar 6.6. Pertukaran gas tersebut akan terjadi pada seluruh luas permukaan tubuh protista. Selain itu, proses seperti ini terjadi juga pada organ- isme uniselluler lain dan beberapa hewan seperti spons, Cnidaria, dan  cacing pipih. 
 



Gambar 6.6 Sistem pernapasan protozoa



b.    Sistem Pernapasan pada Cacing

 
            Cacing senang hidup di daerah lembab. Hal ini dilakukan supaya kulit cacing selalu lembab. Bagi cacing, misalnya saja cacing tanah, ku- litnya dijadikan sebagai organ pernapasan atau tepatnya sebagai tempat pertukaran gas. Melalui kulitnya, oksigen dari luar berdifusi ke dalam tubuh secara difusi. Hemoglobin yang terkandung dalam darah akan mengikat oksigen tersebut untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Semen- tara, hasil metabolisme yang berupa karbon dioksida dikeluarkan me- lalui permukaan tubuh cacing. Pertukaran gas melewati permukaan tubuh pada cacing ini dinamakan juga pernapasan integumenter. Perhatikan Gambar 6.7
 
 
Gambar 6.7 Sistem pernapasan Cacing




c.    Sistem Pernapasaan pada Serangga
            Serangga memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan ba- gian tubuh serangga yang terbuat dari pipa/tabung udara. Jumlah trakea di dalam tubuh serangga sangat banyak. Oleh karena itu, sistem per- napasan serangga dinamakan sistem trakea. Perhatikan Gambar 6.11 Saat serangga melakukan pernapasan, udara masuk trakea  melalui bagian yang terletak pada permukaan tubuh. Bagian tersebut dinamakan  spirakel. Spirakel dilindungi oleh bulu halus dengan  fungsi sebagai penyaring debu dan benda asing yang masuk menuju trakea. Setelah itu, udara tersebut akan melewati pipa kecil yang disebut trakeola.
 

Gambar 6.8 Sistem pernapasan serangga




d.    Sistem Pernapasan pada Ikan
            Sebagian besar ikan menggunakan alat pernapasan yang disebut insang. Pada ikan bertulang sejati, seperti ikan mas, insangnya memi- liki tutup pelindung insang yang disebut operkulum. Namun, bagian ini tidak dimiliki ikan hiu. Insang berada pada sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri kepala ikan, tepatnya terletak di dalam rongga insang. Setiap sisinya terdapat lembar insang berjumlah 5-7 buah, Masing-masing insang ini dipi- sahkan oleh sebuah celah insang.  
 


Gambar 6.9 Sistem pernapasan Ikan
 



e.    Sistem Pernapasan pada Katak
            Mulai muda hingga dewasa, katak mempunyai alat pernapasan  yang berbeda-beda. Saat masih berudu, insang digunakan katak untuk mengambil dan mengeluarkan oksigen. Kira-kira umur 12 hari, katak akan menggunakan insang dalam sebagai alat pernapasan. Sesudah d ewasa, alat pernapasan insang akan diganti dengan paru-paru. Saat di air, katak tersebut bernapas menggunakan permukaan kulitnya. Selain itu, katak juga menggunakan alat pernapasan rongga mulut yang berupa glotis. Pada tubuh katak, tulang rusuk dan sekat diafragma tidak dapat temui perannya dalam pernapasan. Akan tetapi, peran tersebut digantikan oleh otot rahang bawah, otot sterno hioideus, otot genio hioideus, dan otot perut. Saat menggunakan paru-paru, mekanisme pernapasan katak ber- langsung dalam dua fase, yaitu fase inspirasi dan fase ekspirasi. Ma sing- masing fase ini terjadi dalam keadaan mulut tertutup.
 

Gambar 6.10 Sistem pernapasan Katak
 


Gambar 6.11 Sistem pernapasan Katak

a.        Sistem Pernapasan pada Reptilia
            Berbeda dengan organ pernapasan serangga, organ yang digunakan pada pernapasan reptilia adalah paru-paru. Sebab, sebagian besar reptilia hidup di daratan atau habitat yang kering. Untuk mengimbanginya, kulit reptilia bersisik dan kering, supaya cairan dalam tubuhnya tidak mudah hilang. Kulit bersisik pada reptilia merupakan suatu adaptasi hidup dalam udara kering, dan bukan sebagai alat pertukaran gas. Walau begitu, ada pula mekanisme pernapasan reptilia yang dibantu oleh permukaan epitelium lembab di sekitar kloaka. Reptilia demikian misalnya kura-kura dan penyu. Hal ini dilakukan karena t ubuh kura-kura dan penyu terdapat tempurung yang kaku. Tempurung ini menyebabkan gerak pernapasan kedua hewan tersebut terbatas. Mekanisme pernapasan reptilia terjadi dalam dua fase, yaitu fase inspirasi dan fase ekspirasi. Saat tulang rusuk mengembang, volume rongga dada akan mening kat. Selanjutnya udara (oksigen) akan masuk ke dalam paru-paru, sehingga terjadi fase inspirasi. Sedangkan, fase ekspirasi akan terjadi, jika tulang rusuk merapat, sehingga udara (karbon dioksida) dan uap air keluar dari paru-paru.
 
Gambar 6.15 Sistem pernapasan Reftilia
 
h.    Sistem Pernapasan pada Burung
                        Burung merupakan salah satu hewan yang memiliki kekhasan pada sistem pernapasannya dibandingkan hewan lain. Sebelum kita membahasnya lebih detail, terlebih dahulu lakukan ru- brik Telisik berikut. Saat bernapas, burung menggunakan or- gan-organ pernapasan seperti lubang hidung, tekak, trakea, bronkus, dan paru-paru. Lihat Gambar 6.16. Trakea burung memiliki siring yang berfungsi seb- agai sumber sua ra. Siring tersebut terletak pada perca- bangan trakea atau bifurkasi trakea. Otot yang menyu- sun siring disebut otot stemotrakealis. Otot tersebut menghubungkan tulang dada dan trakea. Antara siring dan dinding trakea sebelah dalam dihubungkan oleh suatu otot yang disebut otot siringalis.  Paru-paru burung relatif kecil bila dibandingkan besar tubuhnya.
  




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Blog Archive

Popular Post

Followers

- Copyright © INFORMASI KITA SEMUA -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -