Posted by : Unknown
Friday, 19 February 2016
Sistem Ekskresi
Pada Hewan
1. Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata
a. Makhluk Hidup Satu Sel (Protozoa)
Makhluk hidup satu sel mengeluarkan sisa-sisa
metabolismenya dengan cara difusi. Karbon dioksida hasil respirasi seluler dikeluarkan
dengan cara difusi. Selain itu, ada cara lain, yaitu dengan membentuk vakuola
yang berisi sisa metabolisme.
Gambar
Pada hewan
Coelenterata dan Porifera yang hidup sebagai koloni sel-sel, mekanisme
ekskresinya dengan cara mendifusikan zat-zat yang akan dibuang dari satu sel ke
sel yang lain hingga akhirnya dilepaskan ke lingkungan.
b. Planaria
Organ ekskresi yang paling
sederhana dapat ditemukan pada cacing pipih atau planaria. Organ tersebut
bernama protonefridia, berupa jaringan pipa yang bercabang-cabang di
sepanjang tubuhnya. Jaringan pipa tersebut dinamakan nefridiofor. Ujung
dari cabang nefridiofor disebut sel api (flame cell).
c. Cacing Tanah
cacing tanah, moluska, dan beberapa hewan invertebrata
lainnya memiliki struktur ginjal sederhana yang disebut nefridia. Struktur
tersebut terdapat di setiap segmen tubuhnya. Dalam cairan tubuh cacing tanah
yang memenuhi rongga tubuhnya, terkandung sisa metabolisme maupun nutrien.
Cairan inilah yang disaring oleh ujung tabung berbentuk corong dengan silia
yang disebut nefrostom. Dari
nefrostom, hasil yang disaring tersebut kemudian dibawa melewati tubulus
sederhana yang juga diselaputi oleh kapiler-kapiler darah. Pada tubulus ini,
terjadi proses reabsorpsi bahan-bahan yang penting, seperti garam-garam dan
nutrien terlarut. Air dan zat-zat buangan dikumpulkan dalam tubulus pengumpul,
suatu wadah yang merupakan bagian dari nefridia untuk selanjutnya dikeluarkan
melalui lubang ekskretori di dinding tubuh, yang biasa disebut nefridiofor
(Gambar)
d. Serangga
Alat ekskresi pada serangga,
contohnya belalang adalah tubulus Malpighi (Gambar.).
Badan Malpighi berbentuk buluh-buluh halus yang terikat pada ujung usus
posterior belalang dan berwarna kekuningan. Zat-zat buangan diambil dari
cairan tubuh (hemolimfa) oleh saluran Malpighi di bagian ujung.
Kemudian, cairan masuk ke bagian proksimal lalu masuk ke usus belakang
dan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk kristalkristal asam urat
(Hopson & Wessells, 1990: 598).
2. Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata
Pada vertebrata terdapat
beberapa tipe ginjal. Di antaranya adalah pronefros, mesonefros, dan metanefros.
Pronefros adalah tipe ginjal yang berkembang pada fase embrio atau larva. Pada
tahap selanjutnya, ginjal pronefros digantikan oleh tipe ginjal mesonefros.
Ketika hewan dewasa, ginjal mesonefros digantikan oleh ginjal metanefros. Pada
Mammalia, Reptilia, dan Aves tipe ginjal yang dimiliki adalah mesonefros.
Namun, setelah dewasa mesonefros akan diganti oleh metanefros.
a. Pisces (Ikan)
Ikan memiliki bentuk ginjal
yang berbeda, sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Pada ikan
air tawar, kondisi lingkungan sekitar yang hipotonis membuat jaringan ikan
sangat mudah mengalami kelebihan cairan. Ginjal ikan air tawar memiliki
kemiripan dengan ginjal manusia.
b. Amphibia
(Katak)
Tipe ginjal pada
Amphibia adalah tipe ginjal opistonefros. Katak jantan memiliki saluran ginjal
dan saluran kelamin yang bersatu dan berakhir di kloaka. Namun, hal tersebut
tidak terjadi pada katak betina. Ginjal pada katak seperti halnya pada ikan,
juga menjadi salah satu organ yang sangat berperan dalam pengaturan kadar air
dalam tubuhnya. Kulit Amphibia
yang tipis dapat menyebabkan Amphibia kekurangan cairan
jika terlalu lama berada di darat. Begitu pula jika katak berada terlalu lama dalam air tawar. Air dengan sangat mudah masuk
secara osmosis ke dalam jaringan tubuh melalui
kulitnya.
c. Reptilia
Tipe ginjal pada Reptilia adalah metanefros. Pada saat
embrio, Reptilia memiliki ginjal tipe pronefros, kemudian pada saat dewasa
berubah menjadi mesonefros hingga metanefros (Gambar).
d. Aves (Burung)
Burung memiliki ginjal dengan tipe metanefros. Burung
tidak memiliki kandung kemih sehingga urine dan fesesnya bersatu dan keluar
melalui lubang kloaka. Urine pada burung diekskresikan dalam bentuk asam urat.
Metabolisme burung sangat cepat. Dengan demikian, sistem ekskresi juga harus
memiliki dinamika yang sangat tinggi. Jenis burung laut juga memiliki kelenjar
ekskresi garam yang bermuara pada ujung matanya. Hal tersebut untuk mengimbangi
pola makannya yang memangsa ikan laut dengan kadar garam tinggi.